warta3

Warga Belajar adalah Manusia Bebas

Sebutlah Ahmad, seorang siswa di sebuah sekolah formal. Pada suatu ketika ahmad berlari dan bertanya pada saya, apakah karena sekolah saya akan bahagia?. Jawab saya pendek saja bahagia bukan karena sekolah, tetapi mempunyai ilmu merupakan salah satu kunci bahagia. Sejurus kemudian mengalirlah untaian kalimat yang menjelaskan pada Ahmad bahwa ilmu akan meninggikan derajat hidup seseorang, akan membuat yang bersangkutan mempunyai lebih banyak pilihan dalam menjalani hidup, meskipun ketika dalam berproses kadang pedih dan melelahkan. Ada banyak cara untuk mendapatkan ilmu, sekolah (di sekolah formal) hanya salah satunya. Namun kunci dari mencari ilmu adalah kerelaaan karena pada saat rela itu datang maka ilmu akan bersemanyam.


Lepas dari dialog tersebut, saya menelaah pengalaman belajar yang telah terjalani. Dari tingkat dasar sampai dengan magister saya melewati jenjang sekolah formal. Untuk ukuran saya, letih, takut, malas dan perih pernah terasakan. Meskipun setelah proses ada perasaan lega, bangga dan puas yang juga muncul. Tak kurang dari 18 tahun saya menjalani proses โ€˜sekolahโ€™, menerima semua kurikulum yang ditawarkan, menjalani tahapan dan ujian dan pada titik tertentu bahkan merasa terdikteโ€ฆ.bukan hanya oleh apa yang harus dipelajari, namun lebih banyak pada siapa yang mengajari dan teman belajar.


Sedikit banyak jiwa kompetitif mempengaruhi laku belajar saya dan selalu ingin menjadi yang ter-segalanya, tercepat, tertinggi, terbaik dan terkenal. Manakala keinginan tidak tercapai yang muncul adalah gelisah dalam derajat paling ringan dan derajat paling parah adalah iri atau dengki. Pada titik ini orang yang menempuh pendidikan paling tinggi pun tidak akan pernah merasa merdeka. Selalu membutuhkan โ€˜cantolan pembandingโ€™ dalam hidupnya.


Beruntung manusia dibekali akal dan nurani, sehingga pada titik tertentu kita akan mengenali sebuah kondisi dimana semua capaian tidak akan berarti manakala kebermanfaatan hidup tidak muncul dalam dampak yang luas. Ternyata kemerdekaan sejati adalah saat kita memberikan manfaat, menjadi pemecahan masalah, dan menumbuhkembangkan lingkungan kita. Puncak dari kebahagiaan adalah proses sinergi dengan โ€˜liyanโ€™ dan tumbuh bersama dengan harmonis.


Konsep itulah yang akan didengungkan pada warga belajar Sekolah Cemerlang. Kehidupan yang kompetitif akan berpuncak pada rasa kesepian, berbeda dengan hidup yang kolaboratif selalu ada tantangan untuk menyelesaikan masalah yang akan dilakukan dengan sukacita dan penuh kerelaan. Dunia telah dipenuhi dengan manusia unggul dalam kompetisi namun masih membutuhkan lebih banyak manusia kolaboratif. Keharmonisan akan tumbuh seiring dengan kemampuan untuk bersinergi.


Warga belajar Sekolah Cemerlang menjadi merdeka sejak memilih mandala belajar mereka, kemerdekaan belajar itu terus tumbuh selama berproses dalam mandala belajar dan mendapatkan penguatan kolaboratif baik dari pemangku belajar maupun mitra belajar yang begabung dengan kerelaan dan sukacita.

Penulis:

Share:

Facebook
Twitter
Pinterest
LinkedIn

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Sekolah Cemerlang : A Tribute to Kang Aas Rukasa

~Bonum commune communitatis~~Kebaikan bersama komunitas~ Perawakannya kecil, namun tidak dengan lanskap filosofi dan pemikiran beliau. Perjumpaan pertama kami dalam sebuah sarasehan yang membincang antara sains

Mitra Belajar korektor sekaligus kolektor

Ukuran keberhasilan sebuah pendidikan yang dijalani oleh seorang pembelajar sejatinya adalah penerimaan dalam masyarakat. Penerimaan untuk bekerjasama, sinergi dan kolaborasi. Sehingga sejatinya hasil belajar harus

Warga Belajar adalah Manusia Bebas

Sebutlah Ahmad, seorang siswa di sebuah sekolah formal. Pada suatu ketika ahmad berlari dan bertanya pada saya, apakah karena sekolah saya akan bahagia?. Jawab saya

Scroll to Top